Entri Populer

Friday, March 4, 2011

Pandangan Mengenai Bumi Baru



Dalam sebuah buku Teologi Sistematika dikatakan bahwa “Setelah keadaan kekal dimulai maka akan ada bumi baru.”[1] Yang menjadi perenungan dan pertanyaan penulis ketika melihat tulisan ini adalah apa yang dimaksud dengan bumi baru? Apakah yang dimaksud bumi baru disini memiliki pengertian bahwa bumi yang kita kenal sekarang ini akan dimusnahkan (seperti yang film-film gambarkan dan pengertian penulis selama ini), dan kemudian Allah akan mengganti bumi yang lama ini dengan bumi baru yang berbeda dengan bumi sekarang?[2] Atau bumi ini akan dipulihkan oleh Allah? Terus apakah yang di maksud bumi baru ini adalah surga? Lalu apa signifikansinya bagi orang percaya mengenai doktrin bumi yang baru ini? Inilah beberapa pertanyaan yang penulis dapatkan dalam perenungan mengenai bumi yang baru.
Melalui tulisan ini penulis berusaha untuk menjawab keingintahuan penulis mengenai tema yang menarik yang jarang sekali dibahas oleh para teolog maupun ahli-ahli sistematika.[3] Untuk menjawab pertanyaan diatas, penulis akan menguraikan pengertian bumi yang baru menurut para ahli sistematika maupun teolog. Setelah itu penulis juga akan membahas tentang bumi yang baru dengan surga. Lalu sebelum di tarik kesimpulan dari tulisan ini, penulis ingin memaparkan tentang pentingnya doktrin ini bagi iman Kristen dan juga implikasi doktrin ini bagi orang-orang percaya.

PENGERTIAN BUMI YANG BARU.
Menurut Henry C. Thiessen, kata “baru” di sini tidak perlu berarti baru dalam arti mutlak, sebab bumi akan seterusnya ada (Mazmur 104:5; 119:90; Pkh 1:4). Ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang bumi yang akan berlalu (Mat 5:18; Mrk 13:31; Ibr 1:10-13; dan Why 21:1) tidaklah berarti bahwa kata “berlalu” di sini memiliki pengertian menjadi tidak ada, tetapi berlalu di sini adalah berubah. Bumi dan langit tidak akan dimusnahkan, melainkan akan disucikan (2 Pet 3:10-13).[4]
Anthony A. Hoekema juga memiliki pandangan yang sama dengan Thiessen. Bahkan dalam bukunya yang berjudul “Alkitab dan Akhir Zaman”, dia memberikan empat alasan untuk menolak konsep penghancuran total dan memegang konsep pembaruan bumi. Ke empat alasan yang dia uraikan adalah sebagai berikut:[5]
1. Dalam 2 Petrus 3:13 dan Wahyu 21:1, kata Yunani “yang baru” yang dipakai untuk menggambarkan kosmos yang baru bukan neos, tetapi kainos yang memiliki pengertian baru dalam natur atau kualitas. Jadi kata “baru” di sini bukan menunjuk pada hadirnya sebuah kosmos yang berbeda dari sekarang melainkan penciptaan ulang alam semesta yang meskipun bersifat mulia, namun tetap merupakan kelanjutan dari bumi yang lama.
2. Dalam Roma 8, Paulus berbicara tentang seluruh makhluk yang sangat rindu menantikan penyataan Anak Allah sehingga mereka dapat dibebaskan dari perbudakan yang membawa kehancuran (ay. 20-21), ia berkata ciptaan yang sekarang inilah yang akan dibebaskan dari segala penderitaan, bukan ciptaan yang sama sekali baru.
3. Analogi antara bumi baru dan kebangkitan tubuh orang-orang percaya. Perbedaan antara tubuh kita saat ini dan tubuh kebangkitan, yang sekalipun sangat mulia, namun tidak meniadakan kesinambungan di antara keduanya: kita yang akan dibangkitkan dan kita pula yang akan hidup bersama-sama dengan Tuhan. Mereka yang dibangkitkan karena Kristus bukanlah satu sosok manusia yang sama sekali baru, melainkan umat Allah yang sebelumnya pernah hidup di bumi ini. Demikian juga dengan bumi yang baru, bukanlah bumi yang sama sekali berbeda dari bumi saat ini, melainkan bumi lama yang akan secara ajaib diperbarui.
4. Jika Allah menghapuskan seluruh kosmos yang ada sekarang ini, maka Iblis akan meraih kemenangan yang besar. Sebab hal itu berarti bahwa Iblis berhasil mencemari kosmos dan bumi yang sekarang ini, sehingga Allah tidak dapat berbuat apa-apa selain memusnahkannya.
Jadi jelas sekali melalui penjelasan dan alasan diatas, yang dimaksud dengan bumi yang baru ini bukanlah sebuah alam ciptaan yang baru, melainkan ciptaan yang ada sekarang ini diperbaharui dan dimurnikan. Dengan kata lain, Allah tidak akan memusnahkan bumi yang lama tapi memulihkan bumi yang lama kembali kepada natur penciptaan mula-mula.

APAKAH SURGA SAMA DENGAN BUMI YANG BARU?
Setiap orang percaya tahu bahwa setelah mereka mati, mereka akan masuk ke dalam surga dan tinggal selamanya di sana. Namun bila kita pelajari dengan lebih teliti, ternyata ajaran Alkitab lebih dari itu. Alkitab menceritakan tentang bumi yang baru dan kita akan hidup bersama Tuhan di sana (bumi yang baru).[6] Kalau Alkitab mengajar kita bahwa setiap orang percaya akan hidup dalam surga dan juga tinggal dalam bumi yang baru. Maka yang menjadi pertanyaannya disini adalah apakah surga yang di maksud oleh Alkitab adalah bumi yang baru? Apakah bumi yang baru itu sama dengan surga yang di maksud oleh Alkitab?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka ada baiknya kalau kita melihat definisi dari surga itu sendiri. Menurut Millard Erickson, kata heaven atau surga memiliki tiga pengertian. Pertama, surga berkenaan dengan alam semesta (Kej 1:1). Kedua, surga memiliki persamaan untuk Tuhan (Luk 15:18, 21). Dan yang ketiga yang paling penting, surga memiliki pengertian tempat kediaman Allah atau tempat dimana Allah hadir (Mat 6:9).[7] Berdasarkan definisi surga yang ketiga, maka penulis memberanikan diri untuk mengatakan bahwa bumi yang baru itu dapat dikatakan sebagai surga. Mengapa? Karena Allah hadir dalam bumi yang baru itu. Penulis juga menambahkan bahwa pada masa akhir zaman dimana Allah memperbaharui dunia ini maka tidak akan ada lagi yang namanya ruang dan waktu. Dengan kata lain, surga dan bumi tidak akan lagi terpisah sebagaimana kondisi yang sekarang ini, melainkan akan menjadi satu. Itu sebabnya, orang-orang percaya akan selama-lamanya berada di surga sementara mereka terus hidup di dalam bumi yang baru.[8] Grudem juga mengatakan “So there will be a joining of heaven and earth in this new creation, and there we will live in the presence of God.” Jadi menurut Grudem pada ciptaan yang baru, surga dan bumi akan menjadi satu, dan disanalah kita akan tinggal dihadapan hadirat Allah.[9]

PENTINGNYA DOKTRIN INI DENGAN IMAN KEPERCAYAAN KRISTEN.
Dalam Alkitab, ada beberapa bagian dimana Allah menceritakan tentang bumi yang baru. Dimana pada akhir zaman nanti Allah akan memulihkan bumi yang lama ini dan menjadikannya ciptaan yang baru. Janji Allah yang menceritakan tentang kejadian yang akan datang (khususnya tentang bumi yang baru) patut kita perhatikan dan pelajari.
Di bawah ini ada tiga alasan mengenai pentingnya doktrin bumi yang baru ini bagi orang-orang percaya. [10]
1. Untuk memahami kehidupan yang akan datang.
Setiap orang yang percaya tahu bahwa ketika mereka meninggal, mereka pasti akan hidup di sebuah tempat dalam surga yang kekal, jauh di atas bumi. Namun pandangan orang-orang percaya akan tinggal jauh di atas bumi tidaklah Alkitabiah. Mengapa? Karena Alkitab memberikan jaminan bahwa Allah akan menciptakan bumi yang baru di mana kita akan hidup untuk memuliakan Allah dengan tubuh yang sudah dibangkitkan dan dimuliakan.
2. Untuk memahami secara tepat rencana penebusan Allah secara keseluruhan.
Karya penebusan Kristus bukan hanya ditujukan untuk menyelamatkan sejumlah individu tertentu, melainkan sejumlah besar manusia yang di tebus dengan darah-Nya. Bahkan keseluruhan karya penebusan Kristus itu ditujukan untuk menebus seluruh karya ciptaan Allah dari segala akibat dosa. Karena itu, melalui doktrin ini kita memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang rencana penebusan Allah secara kosmis.
3. Untuk memahami nubuat Perjanjian Lama dengan tepat.
Ada beberapa bagian dalam Perjanjian Lama yang berbicara tentang masa depan yang penuh dengan kemuliaan di bumi. Nubuat-nubuat ini menyatakan kepada kita bahwa di masa yang akan datang, bumi akan menjadi lebih baik, indah, dan damai. Dan nubuat ini akan digenapi ketika terciptanya bumi yang baru pada masa yang akan datang.

IMPLIKASI PEMAHAMAN BUMI YANG BARU DENGAN KEHIDUPAN ORANG-ORANG PERCAYA.
Setelah kita melihat penjelasan mengenai bumi yang baru dan pentingnya doktrin ini. Maka ada beberapa implikasi dari doktrin bumi yang baru ini terhadap orang-orang percaya pada masa ini.
· Kita harus menjaga hidup kita suci. Mengapa? Karena di bumi yang baru nanti, semua dosa dan ketidaksempurnaan akan dimusnahkan dan kebenaran akan ditegakkan dalam bumi yang baru. Kalau kita merupakan bagian dari warga bumi yang baru, maka sudah sepatutnya kita hidup dengan benar dalam dunia ini.
· Bumi yang baru memberikan kita pengharapan, semangat, dan optimisme. Oleh karena itu kita pun sebaiknya jangan mudah putus asa dalam dunia yang penuh kejahatan, ketidakadilan dan bencana ini.
· Jangan kita menganggap bahwa bumi sekarang ini sudah rusak, sehingga kita tidak perduli. Namun sebaliknya, kita harus berusaha untuk membuat bumi yang sekarang ini menjadi lebih baik.
· Dalam kehidupan ini kita sangat bergantung dengan alam di sekitar kita. Oleh karena itu jangan menyakiti alam ini, sebab dengan menyakiti alam ini maka sesungguhnya kita sedang menyakiti diri sendiri.[11]
· Kita diberi tanggung jawab untuk memelihara bumi ini (Kej 2:15-25). Walaupun dosa sudah meliputi dunia ini, tapi tugas tanggung jawab kita tetap. Setiap orang yang percaya bahwa apa yang kita lakukan memiliki dampak pada masa yang akan datang dan percaya bahwa Allah akan menyelamatkan dunia ini dan menjadikannya sebagai bagian dari rencana penebusan yang kekal maka akan menjaga dunia ini. Kita tahu sekarang bahwa Allah mencintai semua ciptaan tangan-Nya. Maka kita sebagai orang percaya juga harus mencintai ciptaan tangan-Nya dalam dunia ini.[12]

KESIMPULAN
Melalui pembahasan di atas jelas sekali bila pandangan penulis yang mengatakan bahwa suatu hari nanti bumi akan dimusnahkan adalah pandangan yang masih perlu di kaji secara terus menerus. Sebab bumi kita yang sekarang ini akan dipulihkan oleh Allah menjadi bumi yang baru, natur bumi yang sudah rusak karena dosa akan Allah pulihkan kembali kepada natur mula-mula bumi diciptakan, bahkan mungkin akan lebih mulia karena Allah akan hadir dan tinggal di bumi yang baru itu.
Setelah membahas mengenai bumi yang baru dalam tulisan ini, penulis merasa bahwa setiap orang percaya perlu untuk mempelajari doktrin ini, sebab sangat mempengaruhi bagaimana kita hidup dan bersikap dalam dunia ini. Tanpa adanya pengetahuan yang benar tentang bumi yang baru maka orang percaya akan memandang bumi ini dengan pandangan yang salah. Bahkan yang parahnya kita akan kehilangan semangat, pengharapan, dan optimisme ketika kita hidup dalam dunia yang sudah terdistorsi ini.

Kiranya melalui tulisan ini semua pembaca dapat lebih bersungguh-sungguh memperhatikan hidupnya dalam dunia ini. Biarlah penantian kita dalam dunia ini akan menuai kebahagiaan ketika kita berada di bumi yang baru suatu hari kelak.

[1]Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 1992) 621.
[2]Pandangan ini di pegang oleh David J. Macleod. Kita dapat membacanya melalui tulisannya yang berjudul “The Seventh ‘Last Thing’: The New Heaven and the New Earth (Rev. 21:1-8).” Bibliotheca Sacra 157/628 (October-December 2000) 439-451.
[3]Alasan penulis berkata bahwa “tema ini jarang di bahas” adalah karena beberapa buku Teologi Sistematika tidak membahasnya.
[4]Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika. 621-622.
[5]Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman (Surabaya: Momentum, 2004) 379-380.
[6]Wayne Grudem, Systematic Theology (Grand Rapids: Zondervan, 1994) 1158.
[7]Millard J. Erickson, Christian Theology (Grand Rapids: Baker, 1998) 1233-1235.
[8]Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman. 385.
[9]Wayne Grudem, Systematic Theology. 1158.
[10]Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman. 371-372.
[11]Aloysius Pieris, “Reconciliation – Justification for New Heaven and New Earth.” CTC Bulletin XIX/3 (December 2003) 52.
[12]Gale Z. Heide, “What Is New About The New Heaven And The New Earth? A Theology Of Creation From Revelation 21 And 2 Peter 3.” Journal of The Evangelical Theological Society 40/1 (March 1997) 57.

No comments:

Post a Comment