Entri Populer

Saturday, March 5, 2011

PERENUNGAN YANG "BELUM" TERJAWAB


Hari Minggu (27 Februari 2011), saya dan teman saya pergi ke Ciwalk (Cihampelas Walk).  Ketika kami berkeliling mall itu, tiba-tiba teman saya mengusulkan untuk mencoba makan di Blind Cafe yang masih terletak di kawasan Ciwalk.  Cafe ini menawarkan sebuah sensasi makan di tengah kegelapan, karena itu HP dan semua barang elektronik yang bisa menyala harus dititipkan di locker.  Setelah semua barang elektronik dititipkan, kemudian kami dituntun oleh salah satu pegawai tunanetra.  Di tengah kegelapan yang begitu pekat, kami berjalan dengan penuh kehati-hatian, sambil dituntun oleh pemandu tunanetra tersebut. 
Kebetulan sekali, pada malam itu, hanya kami berdua yang makan di cafe itu.  Sehingga suasana cafe begitu sepi, namun demikian kami ditemani oleh pegawai tuna netra tersebut.  Akhirnya kami berkenalan dan berbincang-bincang, mulai dari keluarga . . . pekerjaan . . . dan agama.  Kesempatan ini pun akhirnya digunakan oleh teman saya untuk memberitakan Injil kepada pegawai tunanetra ini.  Dia menceritakan bahwa Yesus datang ke dalam dunia ini supaya orang yang tinggal dalam kegelapan dapat melihat terang.  Tuhan Yesus membawa tali keselamatan, sehingga manusia yang berada dalam jurang dosa, dapat naik ke atas dan melihat terang kemuliaan Kerajaan Surga.  Di dalam Kristus lah, manusia memiliki jaminan keselamatan hidup kekal. 
Teman saya ini terus menceritakan Kristus dan mendorong pegawai ini untuk percaya kepada Kristus.  Mungkin merasa “gerah” dan “terancam” dengan pemberitaan Injil yang disampaikan oleh teman saya ini,  pegawai tunanetra itu akhirnya menolak dengan tegas.  Dia berkata: “Maaf, saya punya tali keselamatan sendiri.”  Kemudian teman saya pun hanya berkata: “Pak, tolong didoakan saja yah.”
Masih dengan topik yang sama yaitu PENGINJILAN, namun dengan kisah yang berbeda.  Hari ini, saya ditelepon oleh salah seorang jemaat saya. Dia menceritakan mengenai seorang jemaat lain yang suka membagi-bagikan traktat, dan memberikan artikel mengenai perbedaan kekristenan dengan agama lain.  Dengan penuh semangat 45, jemaat ini membagi-bagikan kepada lingkungan sekitar gereja.  Namun beberapa waktu kemudian, masyarakat di sana mulai resah dan mengatakan kepada pihak gereja kalau mereka akan memukul jemaat tersebut.  Mereka menolak sebab mereka telah memiliki kepercayaan masing-masing . . . mereka seolah-olah berkata dengan tegas: “jangan ganggu saya dan agama saya . . . urus saja diri kamu dan agama kamu sendiri.” 
Kedua peristiwa di atas, membuat saya bertanya-tanya, apakah model penginjilan yang “jadul” itu masih relevan diterapkan pada zaman posmo ini??  Bagaimana dalam zaman posmo yang “campur aduk” ini kita bisa meyakinkan mereka bahwa Kristus adalah satu-satunya “jalan keselamatan??”  Apalagi di era “kebebasan beragama” yang memiliki semangat “saling menghargai,” injil yang kita beritakan pasti akan mengganggu kenyamanan dari kepercayaan mereka.  Apakah ada cara yang relevan dalam zaman ini sehingga Injil mengenai Kristus Yesus itu dapat tetap kita beritakan??? Atau kita tetap bertahan dengan model PENGINJILAN lama yang tembak sana . . . tembak sini . . . tanpa ada sasaran yang jelas??  Padahal dalam  1 Korintus 9:26, Rasul Paulus sendiri berkata: "sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul."  
Saya hanya kuatir bila model penginjilan yang "serampangan" masih kita lakukan, jangan-jangan kita dianggap sebagai kalangan “ekstrimis” sehingga peristiwa yang terjadi di TEMANGGUNG akan terulang kembali di kota yang lain.  Bahkan ironisnya, Kristus yang mulia yang kita beritakan hanya akan menjadi bahan olokan saja.    

MONGGO DIKOMENTARI dan DIBERI MASUKAN SAUDARA-SAUDARA J

No comments:

Post a Comment