Entri Populer

Tuesday, March 8, 2011

Pandangan Rasul Paulus mengenai Adam dan Kristus

    Pemikiran Paulus mengenai tipologi Adam dan Kristus merupakan suatu hal yang penting dalam doktrin kekristenan.  Walaupun kita tidak dapat menganggap tema Adam sebagai pusat dari teologi Paulus, namun tema ini memainkan peranan yang cukup penting dalam kristologinya.[1]  Bahkan dalam perkembangan teologi Barat, kita akan menemukan bahwa pemikiran Paulus mengenai Adam dan Kristus ini sangat  mempengaruhi teologi-teologi Barat.  Misalnya saja, seorang bapa gereja mula-mula yang bernama Agustinus merumuskan doktrin dosa asal-nya berdasarkan pada kejatuhan Adam ke dalam dosa.[2]  Yang di kemudian hari pemikiran Agustinus tersebut mempengaruhi para reformator dalam memandang Adam dan Kristus.  Di mana Adam membawa dosa ke tengah manusia dalam satu waktu dalam sejarah dan Kristus menebus manusia dalam waktu lain dalam sejarah.[3]  Oleh karena itulah, kita menemukan urutan dasar dari covenant theology[4] Reformed didasarkan pada analogi Adam dan Kristus.[5]  
            Selain Agustinus, bapa gereja yang bernama Cyril pun mengatakan, “. . . the Adam-Christ typology plays an even more decisive role, for it is both a key theological concept . . .”[6]  Jadi bagi Cyril, tipologi Adam dan Kristus merupakan hal yang paling penting dalam teologi.  Oleh karena itu, melalui makalah ini penulis akan kembali menguraikan peranan Adam dan Kristus dalam teologi Kristen, khususnya teologi evangelical
Sistematika penulisan pada makalah ini adalah sebagai berikut: Pertama-tama, penulis akan memberikan latar belakang dari pemikiran Paulus mengenai konsep Adam dan Kristus.  Melalui latar belakang ini penulis ingin menjawab pertanyaan, apakah pemikiran Paulus mengenai Adam dan Kristus tersebut dipengaruhi oleh pemikiran Yunani atau Yahudi? Mengapa Paulus menggunakan gambaran Adam dan Kristus?  Kedua, penulis akan menguraikan ayat-ayat Alkitab yang membahas Adam dan Kristus.  Melalui penguraian dan interaksi dalam bagian ini, penulis berharap akan menemukan makna dari perkataan Paulus mengenai Adam dan Kristus.  Setelah itu, penulis akan menutup tulisan ini dengan memberikan beberapa implikasi dari pemikiran Paulus terhadap pengajaran-pengajaran Kristen.   

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN PAULUS MENGENAI ADAM DAN KRISTUS.
            Pengertian kita terhadap surat-surat Paulus mengenai Adam dengan jelas akan dipengaruhi oleh pendapat kita mengenai sejauh mana pemikiran Yunani atau Yahudi mempengaruhi Paulus.  Beberapa penafsir dari aliran sejarah agama-agama berpendapat bahwa Paulus dipengaruhi oleh gagasan gnostik Urmensch.  Gagasan ini menyatakan adanya suatu makhluk mitos yang mulia, yang dipercayai sebagai tokoh penyelamat.[7]  Di mana manusia primal atau Urmensch tersebut turun dari surga untuk melepaskan manusia dari perhambaan dunia materi dan membawanya kembali ke kawasan terang dan hidup.[8]  Jadi, Urmensch diduga mengandung semua jiwa di dalam dirinya, semacam Adam yang ideal.[9]  Namun referensi Paulus tentang Kristus sebagai manusia dari surga tidak merefleksikan ide kecenderungan seperti itu, dan dapat dijelaskan berdasarkan latar belakang Adam dan Anak Manusia eskatologis.[10] 
Beberapa penafsir melihat gagasan-gagasan ini terdapat di belakang pengajaran Yahudi tentang Adam; karena fungsi menyelamatkan dihubungkan dengannya, ia dikatakan sebagai bayangan Mesias penyelamat yang akan datang.  Namun tampaknya bukti-bukti yang ada tidak mendukung adanya hubungan Adam dengan Mesias.  Jadi pandangan teologi Yahudi berhubungan dengan mitos Urmencsh perlu dikesampingkan.[11]  Jadi kesimpulannya adalah bahwa pemikiran Paulus mengenai Adam sangat dipengaruhi oleh pemikiran Yahudi. 
Namun pendekatan Paulus ini juga berbeda dengan para penafsir Yahudi.  Paulus memandang Adam hanya sebagai lambang dari manusia yang sudah jatuh dan tidak berspekulasi tentang kemuliaan sebelumnya.[12]  Sedangkan para penafsir Yahudi asyik menggambarkan keadaan Adam untuk memperlihatkan betapa dalamnya Adam telah jatuh.[13]  Adam dipandang sebagai bapa leluhur yang pertama, sebagai raja dunia, dan sebagai hikmat.  Kedudukan Adam yang penting dalam teologi para rabi tidak dapat disangkal.  Hal yang paling penting dalam pengajaran mereka mengenai Adam adalah keasyikan mereka dengan status Adam sebelum ia jatuh dalam dosa, dan bukan keadaannya sesudah itu.  Karena itu, pengharapan orang-orang Yahudi terletak pada kepercayaan bahwa kelak akan ada pemulihan kemuliaan manusia seperti sebelumnya.[14]
             
PANDANGAN PAULUS MENGENAI ADAM DAN KRISTUS.
            Pandangan Paulus mengenai Adam dan Kristus dapat dilihat dalam dua perikop utama yang membahas tema ini, yaitu Roma 5:12-21 dan 1 Korintus 15.  Melalui bagian ini,  penulis akan menguraikan bukti-bukti alkitabiah dari pemikiran Paulus mengenai Adam dan Kristus.

ROMA 5:12-21
            Roma 5:12-21 tidak menguraikan sifat Kristus dengan memakai tema Adam.  Tujuan utama dari teks ini adalah Paulus ingin menerangkan penyelamatan manusia dan bagaimana datangnya penyelamatan itu, sehingga pada bagian ini tema Adam dinomorduakan.  Pemikiran Paulus dalam Roma 5:12-21 ini sesuai dengan kepercayaan orang Yahudi yang mempercayai bahwa dosa masuk melalui Adam dan menjalar kepada semua orang, yang mengakibatkan kematian bagi semua orang.[15]  Dalam menggambarkan Adam dan Kristus, Paulus menggunakan pola struktur kiastik dalam Roma 5:12-21:[16]
A.  Dosa masuk ke dalam dunia dan kematian karena dosa (v.12)
B.  Dosa ada dalam dunia sebelum hukum Taurat, namun dosa tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum taurat (v.13)
C.  Pemberontakan Adam vs kasih karunia (v.14-16)
D. Kuasa maut/berkuasa atas hidup (v.17)
C′. Pemberontakan vs perbuatan benar/ketaatan (v.18-19)
B′. Hukum Taurat hadir (v.20)
A′. Dosa dan kematian: kebenaran dan hidup (v.21)
Dalam pola kiastik tersebut, bagian pusat dari struktur di atas menunjuk kepada adanya pemindahan otoritas dari kematian kepada hidup bagi mereka yang menerima anugerah dan pemberian atas kebenaran.[17]  Riddderbos mengatakan:
Seperti Adam adalah dia yang melaluinya dosa masuk ke dalam dunia dan melalui dosa masuklah kematian, demikianlah Kristus adalah Dia yang memberikan hidup dan kebenaran.  Kristus dan Adam berdiri sebagai wakil agung dari dua aeon, yaitu kehidupan dan kematian.  Dalam pengertian itu, sebagai wakil dua dispensasi dan dua umat manusia, Adam bisa disebut sebagai “gambaran Dia yang akan datang” (ay. 14), yaitu manusia kedua dan aeon yang akan datang, di mana Adam adalah gambaran-Nya.  Seperti Adam membawa dosa dan maut ke dalam dunia, Kristus dalam ketaatan-Nya (yaitu oleh kematian-Nya) dan kebangkitan-Nya, membawa hidup bagi kemanusiaan baru.[18]

Jadi kesimpulan dari Roma 5:12-21 yaitu apa yang Adam hilangkan diperoleh kembali oleh Kristus.  Di mana tujuan Yesus membalikkan dosa Adam adalah untuk mengembalikan umat manusia kembali kepada pemenuhan dari jabatan Adam, yaitu kembali kepada tahta penciptaan.[19]  Melalui Dia (Kristus), permulaan yang baru diadakan untuk manusia.  Di mana Kristus menjadi Kepala dari manusia baru, sebagaimana Adam menjadi kepala dari manusia yang lama.[20] 

1 KORINTUS 15
            Dalam 1 Korintus 15:22, Paulus mengkontraskan Adam dengan Kristus.  Dalam ayat ini, Paulus dengan sangat jelas memperlihatkan keunggulan Kristus yang lebih tinggi daripada Adam.  Menurut Paulus, Adam merupakan manusia kematian, tetapi Kristus adalah manusia yang mempunyai kuasa untuk memberikan hidup.  Dalam 1 Korintus 15:45 kontras ini diberikan dalam istilah yang agak berbeda, yaitu Kristus secara khusus disebut sebagai “Adam yang akhir.”  Di sini perbedaannya ialah antara Adam, manusia pertama sebagai “makhluk yang hidup” (psukhikon) dan Adam yang akhir yaitu Kristus sebagai “roh pemberi hidup” (pneumatikon).[21] 
Ridderbos menafsirkan “Adam yang akhir” ini sebagai berikut:
Sebutan “Adam yang akhir” ini merupakan sebutan khas dari aspek eskatologis pengajaran Paulus: Kristus dinyatakan sebagai Pembuka Jalan bagi kemanusiaan yang baru, dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati juga yang membuatnya menjadi “Adam yang akhir” . . . . Di mana Kristus sebagai manusia kedua dan Adam yang akhir adalah Dia yang dalam kebangkitan-Nya, hidup baru dari ciptaan baru telah datang dan telah menjadi realitas. . . .”[22]

Jadi Ridderbos menafsirkan “Adam yang akhir” ini dari pemikiran eskatologis Paulus, khususnya kebangkitan Kristus.[23]  Namun Guthrie menambahkan, yang penting mengenai pribadi Kristus ialah kontras antara Adam yang pertama dan yang akhir.  Di mana apa yang sebetulnya diharapkan dari Adam pertama direalisasikan oleh Adam yang akhir.  Lebih dari itu, Adam yang akhir, sebagai manusia yang sempurna, merupakan “pengantara dari kemanusiaan sejati.”  Namun yang perlu diingat juga adalah bahwa Adam yang akhir  ini “berasal dari sorga,” dan hal ini tidak pernah dilupakan oleh Paulus.[24]  
Perbandingan Adam dan Kristus dalam 1 Korintus 15 ini semakin memuncak pada ayat 46-49, di mana Paulus menggambarkan perbedaan Adam dan Kristus sebagai berikut.[25]   
Adam Pertama
Adam Kedua
46: “alamiah”
47: “manusia pertama”
“dari debu tanah dan bersifat jasmani”
48: “makhluk-makhluk alamiah sama
dengan dia yang berasal dari debu
tanah”
49: “sama seperti kita telah memakai rupa
dari yang alamiah.”
“rohaniah”
“manusia kedua”
“dari surga”
“makhluk-makhluk sorgawi sama dengan
Dia yang berasal dari sorga.”

“kita akan memakai rupa dari yang
 surgawi”
Perbandingan di atas menempatkan Adam kedua pada perspektif yang benar, yaitu walaupun Kristus memiliki kemanusiaan yang lain dengan Adam, namun Kristus tetap manusia sejati.  Malah kita harus berpikir tentang Adam yang akhir sebagai wakil yang sempurna dari manusia.[26]   Pada bagian ini Paulus tidak berpikir tentang Adam yang akhir sebagai pelopor suatu bangsa baru sebagaimana Adam yang pertama merupakan pelopor manusia yang sudah jatuh.  Sebab bila kita mengira bahwa Adam yang akhir mempelopori bangsa yang baru, maka hal ini akan mengaburkan hubungan yang penting antara manusia yang jatuh dan manusia yang diselamatkan.[27]

KESIMPULAN
            Tujuan Paulus dengan menggunakan tipologi Adam dan Kristus adalah untuk menunjukkan Kristus yang lebih unggul daripada Adam.  Di mana melalui Yesus semua manusia yang percaya kepada-Nya kembali kepada pemenuhan dari jabatan Adam mula-mula, yaitu kembali kepada tahta penciptaan.  Di dalam Yesus lah permulaan yang baru diadakan bagi orang percaya, di mana Yesus menjadi Kepala dari manusia baru, sebagaimana Adam menjadi kepala dari manusia yang lama. 

IMPLIKASI 
            Beberapa implikasi dari pemikiran Paulus mengenai Adam dan Kristus adalah sebagai berikut:
            Pertama, berkaitan dengan doktrin manusia dan dosa.  Kalangan evangelical percaya bahwa dosa masuk melalui Adam dan melalui dia menjalar kepada semua orang, dan dosa Adam mengakibatkan kematian bagi semua orang.[28]  Namun paham Armenian menyangkali adanya imputasi dari dosa.  Menurut mereka tidak ada manusia yang dihukum secara kekal karena dosa asal, manusia dihukum karena dosanya sendiri.  Pandangan kaum Armenian ini bertentangan dengan apa yang dinyatakan dalam Roma 5:12-21.[29]  Leithart dengan tegas mengatakan, “when sin is not imputed it is because sin does not exist.”[30]  Keberadaan dosa dan maut ini menunjukkan bahwa semua manusia berdosa dan harus menanggung konsekuensi dari pemberontakan Adam.  Namun seperti dosa yang diimputasikan kepada manusia, maka kebenaran juga akan diimputasikan bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus (Rm. 5:18-19).   
            Kedua, berkaitan dengan doktrin keselamatan.  Seperti yang telah dipaparkan di atas, pelanggaran Adam telah mengakibatkan seluruh manusia berdosa dan ada di bawah kuasa maut (Rm. 5: 15,17 ; 1 Kor. 15:21-22,26).  Namun ketaatan Kristus membuat kasih karunia Allah melimpah atas banyak orang dan memberikan hidup bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.  Pusey mengatakan, “we have been condemned to death because of the transgression of Adam, the whole human nature suffering this in him. . . For he was first of the race, but in Christ we bloom again to life.”[31]  Memang benar bahwa dosa Adam mengakibatkan penghakiman dan penghukuman bagi seluruh manusia, tetapi karya Kristus di atas kayu salib menghasilkan pembenaran bagi setiap orang yang mau datang kepada-Nya.  Hal ini menunjukkan bahwa hanya di dalam diri Yesus sajalah, maka setiap orang berdosa yang percaya kepada-Nya akan dibenarkan dan diberikan hidup kekal.
            Ketiga, berkaitan dengan doktrin Kristologi.  Dalam sepanjang sejarah kejatuhan manusia, kita telah melihat bahwa Allah telah memberikan anugerah perjanjiannya bagi umat manusia.  Hal ini dapat kita lihat, ketika Allah berinisiatif membuat perjanjian dengan Adam, Nuh, Abraham, Musa, dan Daud.  Namun perjanjian tersebut gagal dilakukan oleh bangsa Israel.  Akhirnya Allah mengutus Anak-Nya yaitu Yesus Kristus untuk menggenapi perjanjian Allah di dalam karya penebusan-Nya.  Melalui Yesus dan karya penebusan-Nya, maka semua aeon yang sekarang kehilangan kekuatannya dan aeon yang baru telah tiba.  Ridderbos mengatakan, “dalam kematian dan kebangkitan Kristus, rahasia rencana penebusan Allah menyatakan diri dalam karakter sejatinya dan ciptaan baru telah datang.”[32]
Keempat, dalam kehidupan kekristenan kita.  Kejatuhan Adam membawa seluruh manusia berada dalam garis yang lama (aeon lama) yaitu garis kejatuhan.  Namun melalui Kristus, setiap orang yang percaya telah berpindah dari garis yang lama (aeon lama) kepada garis yang baru (aeon baru) yaitu garis yang membawa pada hidup dan kebenaran.  Oleh karena itu, setiap orang-orang percaya yang berada dalam garis yang baru (aeon baru), maka tentu saja kehidupan orang-orang percaya harus mencerminkan kehidupan yang berbeda dari garis yang lama (aeon lama).  Dengan kata lain, kehidupan orang-orang percaya harus mencerminkan Kristus sebagai Kepala dari aeon baru itu.
Seperti kemanusiaan yang lama ada “di dalam Adam,” maka ciptaan baru ada “di dalam Kristus.”  Sampai Kristus datang, semua manusia terkena akibat yang tidak menyenangkan dari pelanggaran Adam dan hanya suatu ciptaan barulah yang memungkinkan keluputan dari akibat-akibat yang melumpuhkan ini.[33]



[1]Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I: Allah, Manusia, dan Kristus (Jakarta: Gunung Mulia, 1995) 377.
[2]Agustinus merumuskan doktrin dosa asalnya berdasarkan Roma 5:12-21.  (Peter J. Leithart, “Adam, Moses, and Jesus: A Reading of Romans 5:12-14.” Calvin Theological Journal 43/2 [November, 2008] 257)
[3]Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 1 (Malang: SAAT, 2004) 380.
[4]Teologi kovenan mengajarkan bahwa Allah secara inisial membuat kovenan kerja dengan Adam, menjanjikan hidup yang kekal bagi yang taat dan kematian bagi mereka yang tidak taat.  Adam gagal, dan kematian memasuki kehidupan umat manusia.  Namun Allah bertindak untuk menyelesaikan dilema manusia dengan memberikan kovenan anugerah, di mana melaluinya masalah dosa dan kematian dapat diselesaikan.  Kristus adalah mediator terakhir dari kovenan anugerah Allah.  (Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 2 [Malang: SAAT, 2004] 139).
[5]Leithart, “Adam, Moses, and Jesus” 257.
[6]Robert L. Wilken, “Exegesis and The History of Theology: Reflections on The Adam-Christ Typology in Cyril of Alexandria.”  Church History 35/2 (June, 1966) 139.
[7]Menurut aliran tersebut, gagasan ini terdapat dalam banyak agama, dan kepercayaan ini, yang tersebar luas, dianggap merupakan salah satu dasar dari Kristologi Paulus.  Tetapi pendapat ini didasari oleh penyelidikan yang begitu luas mengenai bahan-bahan yang bermacam-macam tanpa memperhatikan penanggalan, sehingga metodologi teori apa pun yang berdasarkan bahan-bahan itu harus di curigai (lih. Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 378.)
[8]George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru 2 (Bandung: Kalam Hidup, 1993) 165.
[9]Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 378.
[10]Ladd, Teologi Perjanjian Baru 166.
[11]Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 378.
[12]Baik Paulus maupun orang-orang sezamannya yakin bahwa Adam merupakan alat agar dosa dapat memasuki dunia (Ibid).
[13]Pandangan Yahudi tentang Adam dapat diringkaskan sebagai berikut: Pertama, dosa Adam dikatakan sebagai ketidaktaatan pada Taurat; Kedua, sebagai akibat dosa, Adam kehilangan kemuliaannya semula, kekekalannya, ketinggiannya, buah dari bumi, buah dari pohon-pohonan, dan terang-terang dunia; Ketiga, dosa Adam membawa kematian bagi seluruh umat manusia sebagai akibat dari keputusan ilahi; Keempat, bumi dihukum karena dosa Adam; Kelima, dosa mengakibatkan pemutusan hubungan Adam dengan Allah (Ibid. 378-379).  Pandangan Yahudi mengenai kejatuhan Adam di atas memiliki kesamaan dengan pandangan Paulus.  Namun yang membedakan pemikiran Yahudi dan Paulus terletak yaitu bahwa para penafsir Yahudi hanya melihat pada Adam yang jatuh sedangkan Paulus melihat pada Kristus yang memulihkan manusia. 
[14]Ibid.
[15]Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 380.
[16]Leithart, “Adam, Moses, and Jesus.” 262-263.
[17]Ibid, 263.
[18]Ridderbos, Paulus 49.
[19]Leithart, “Adam, Moses, and Jesus” 263.
[20]Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 380.
[21]Ibid, 381.
[22]Ridderbos, Paulus 49.
[23]Guthrie juga setuju bahwa Adam yang akhir sebenarnya adalah “manusia yang dibangkitkan.” (lih. Guthrie, Ibid.)
[24]Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 381.
[25]R.G. Gruenler,  “The Last Adam” dalam Evangelical Dictionary of Theology (ed. Walter A. Elwell; Grand Rapids: Baker, 1996) 11.
[26]Guthrie, Ibid.
[27]Ibid.
[28]Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 380.
[29]Paul Enns, Moody Handbook 2 134.
[30]Leithart, “Adam, Moses, and Jesus.” 257.
[31]Robert L. Wilken, “Exegesis and The History of Theology: Reflections on The Adam-Christ Typology in Cyril of Alexandria.”  Church History 35/2 (June, 1966) 143.
[32]Riderbos, Paulus 50.
[33]Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2: Misi Kristus, Roh Kudus, Kehidupan Kristen  (Jakarta: Gunung Mulia, 1995) 307.

No comments:

Post a Comment