Entri Populer

Thursday, November 29, 2012

JANGAN MELUPAKAN KEBAIKAN TUHAN (Lukas 17:11-19)


Saudara-saudara, suatu hari, seorang ibu cerita kepada istri saya.  30 tahun yang lalu, ibu ini mengangkat seorang anak . . . dia merawat anak itu dengan penuh kasih sayang dan mencukupkan segala kebutuhannya.  Sampai suatu waktu, pada waktu anak itu berusia 16 tahun, kelas 1 SMA, anak ini mengetahui bahwa dia sesungguhnya bukanlah anak kandung dari keluarga tersebut . . . ia hanya seorang anak angkat. 
Saudara-saudara, setelah mengetahui kenyataan tersebut, anak ini bukannya mengucapkan terima kasih kepada orang tua angkatnya yang sudah merawat dan menjaga dirinya.  Tapi justru sebaliknya, ia mulai melakukan pemberontakan.  Ia berhenti sekolah, minum-minuman keras, dan menghabiskan harta orang tuanya. 
Setelah ia besar pun, bukannya menyadari kesalahannya . . . tapi sebaliknya ia justru memperlakukan kedua orang tua angkatnya dengan tidak hormat.  Ia hanya memberikan uang 10 ribu untuk makan 1 hari, dengan anggota keluarga 7 orang.  Kalau hitung-hitungan di atas kertas, maka setiap anggota keluarga (termasuk orang tua angkatnya), sekali makan hanya 500 rupiah saja.  Keterlaluan yah saudara . . . tapi ketika orang tuanya mengatakan: “Nak, ini tidak cukup . . .”  Anak itu hanya berkata: “Mah, cukup-cukupin saja . . . saya gak mau tahu!!!”
Saudara, kalau anak ini kekurangan secara ekonomi . . . maka mungkin keluarga pun akan memakluminya . . . tapi ternyata anak ini adalah orang yang cukup berada.  Saya membayangkan betapa pedih, sakit hati dan terhina orang tuanya itu mendapat perlakuan tersebut.  Bukannya mengatakan: “Pah . . . Mah . . . makasih karena sudah mengangkatku menjadi anak kalian.” Tapi malahan memperlakukan orang tua angkatnya dengan begitu kurang ajar.  Saudara, anak ini adalah anak yang tidak tahu bagaimana berterima kasih.      
Kalau saudara, jadi orang tua angkat anak itu . . . bagaimana perasaan saudara? Tentu saja kita marah . . . kesal . . . sedih bukan.  Dan bahkan mungkin dengan emosi kita berkata: “kalau dulu tahu bakal kurang ajar seperti ini, gak akan saya angkat jadi anak!”  Tapi saudara-saudara, walaupun anak ini adalah anak yang kurang ajar dan tidak tahu berterima kasih.  Sampai hari ini, kedua orang tua angkatnya itu tetap mengasihinya.
 Saudara-saudara, ketika saya mendengar apa yang dilakukan oleh kedua orang tua angkat anak itu.  Tiba-tiba saya kembali disadarkan mengenai kasih Tuhan kepada setiap anak-anakNya (yaitu saudara dan saya).  Dia mengangkat kita menjadi anak-Nya . . . memelihara dan menjaga hidup kita.  Bahkan ketika hidup kita menghadapi kesukaran dan jalan buntu, bukankah Tuhan selalu memberikan jalan keluar dan penghiburan.  Namun saudara-saudara, seringkali kita seperti anak yang tak tahu terima kasih itu.  Bukannya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, kita malah lebih banyak mengeluh . . . mengeluh dan mengeluh!!  Kita melupakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita.  Walaupun apa yang kita lakukan menyakiti hati-Nya, tetapi Tuhan Yesus tetap mengasihi saudara dan saya.    
Saudara-saudara, Firman Tuhan pada hari ini mengajarkan kepada kita: “janganlah kita menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih.”  Karena itu, marilah setiap orang yang merasakan kebaikan Tuhan di dalam hidupnya, datang dan mengucap syukur kepada Tuhan.”   

Saudara-saudara, sewaktu kita kecil, orang tua kita sering mengajarkan kepada kita: “kalau diberi sesuatu, ucapkanlah terima kasih.”  Sesungguhnya orang tua kita ingin mengajarkan sebuah kebiasaan untuk tidak melupakan akan kebaikan seseorang.  Jadi “mengucapkan terima kasih” seharusnya menjadi budaya yang harus kita miliki dan tidak boleh kita lupakan.  Namun tidak demikian dengan kesembilan orang kusta yang kita baca pada bagian ini.  Mereka lupa diri!!
Kalau kita lihat pada bagian Firman Tuhan yang kita baca.  Kisah ini dimulai ketika Tuhan Yesus sedang melayani di sebuah desa yang terletak antara Samaria dan Galilea.  Makanya Alkitab mengatakan dari kesepuluh orang kusta itu, ternyata ada satu orang yang adalah orang Samaria.  Setelah mereka mendengar mengenai mukjizat dan kesembuhan yang sudah dilakukan oleh Tuhan Yesus di berbagai tempat.  Saya membayangkan tekad mereka untuk bertemu dengan Tuhan Yesus yang datang ke desa mereka.  Mereka berharap, agar Tuhan dapat menyembuhkan penyakit kusta mereka.  Namun saudara, mereka tidak berani muncul di depan umum, untuk bertemu dengan Tuhan Yesus.  Mengapa? Sebab dalam kebudayaan Yahudi pada waktu itu, seorang yang terkena penyakit kusta adalah seorang yang najis.  Mereka harus dikucilkan oleh masyarakat, dan tidak boleh dekat-dekat dengan masyarakat umum. 
Saudara-saudara, pada waktu itu, orang yang menderita penyakit kusta adalah orang yang paling menderita.  Bayangkan saja sudah menderita dengan kusta yang menggerogoti tubuh mereka . . . ternyata mereka harus memperoleh perlakuan yang tidak enak (dikucilkan, dijauhi) Belum lagi mereka harus memandang tatapan penghakiman orang yang mengatakan: “najis loe.”  Oh betapa, terhina dan menderita sekali menjadi orang kusta.  Nah dalam keadaan yang begitu menderita secara fisik, emosi dan sosial . . . mereka bertemu dengan Tuhan Yesus dan dalam keputusasaannya, mereka teriak kepada Tuhan: “Yesus, Guru, kasihanilah kami.
Saudara-saudara, bukankah apa yang dilakukan oleh kesepuluh orang kusta itu juga sering kita lakukan.  Ditengah permasalahan kehidupan . . . terjepit dengan masalah ekonomi . . . kita teringat akan Tuhan dan berkata: “Tuhan tolonglah kami.”  Dan Tuhan pun tidak segan-segan menolong diri kita. 

Saudara-saudara, saya ingat sekali bagaimana Tuhan menolong mamih saya.  Selama bertahun-tahun mamih saya menderita pendarahan.  Mukanya pucat pasi kekurangan darah.  Melihat keadaannya hati kami sangat sedih.  Tapi apa daya saudara, pada waktu itu kami tidak memiliki uang untuk mengobati penyakit mamih saya.  Setiap hari kami berdoa, dan berharap  agar Tuhan menyembuhkan penyakit mamih saya.  Tapi ternyata harapan saya tidak terjadi.  Tuhan menggunakan cara yang lain. 
Sampai suatu kali, pada bulan Februari tahun 2005, ketika mamih saya cek ke rumah sakit ternyata ada tumor dalam kandungannya.  Dan dokter mengatakan bahwa rahimnya harus segera diangkat.  Jadi, mau tidak mau . . . mamah saya harus di operasi.  Bila tidak, maka keadaannya akan menjadi lebih parah.  Di tengah kekuatiran akan keadaan mamih dan juga keterbatasan dana, kami pun berdoa . . . dan singkat cerita operasi berjalan dengan baik dan Tuhan mencukupkan segala sesuatunya.  Bahkan yang luar biasanya, mamih saya menjadi Kristen karena peristiwa ini.  
Saudara-saudara, saya yakin kita semua memiliki pengalaman akan kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita.  Setiap kebaikan yang Tuhan berikan kepada kita seharusnya menjadi reminder atau pengingat agar kita tidak menjadi lupa diri.  Kita harus menanamkan segala kebaikan Tuhan dalam pikiran dan hati kita.  Masih ingatkah saudara, ketika engkau bergumul mencari pekerjaan ataupun merintis usahamu . . . engkau datang kepada Tuhan dan berdoa agar Tuhan selalu memberkati usaha pekerjaanmu.  Dan Tuhan memang memberkatimu. 
Masih ingatkah saudara, ketika engkau bergumul dalam kesulitan ekonomi . . . engkau datang kepada Tuhan.  Tuhan yang mendengarkan doamu dan memulihkan keuangan keluargamu.  Masih ingatkah saudara, disaat engkau mengalami kelemahan tubuh . . . pergi ke berbagai dokter, namun tidak ada seorang dokter yang sanggup mengobatimu.  Dan setiap pagi engkau terus berdoa kepada Tuhan.  Dan dengan ajaibnya, Tuhan menyembuhkanmu!!    
Masihkah engkau juga mengingat ketika engkau bergumul mencari pasangan hidup . . . engkau tahu untuk mendapatkan pasanganmu ini bukanlah hal yang mudah, butuh usaha keras.  Namun Tuhan mempertemukanmu dengan pasanganmu saat ini.  Dan masih ingatkah saudara, ketika engkau merindukan kehadiran seorang bayi dalam keluargamu . . . namuan bertahun-tahun engkau menunggu dan berusaha melakukan segala hal, tapi lalu ketika engkau berdoa kepada Tuhan.  Tuhan mendengarkan permintaanmu, dan tidak hanya memberikan satu anak tapi satu lusin.         
Saudara-saudara, masih ingatkah kebaikan yang sudah Tuhan berikan kepada kita? Kalau Tuhan sudah begitu baik kepada kita.  Marilah sebagai ungkapan syukur kita, jangan pernah kita melupakan kebaikan Tuhan, apalagi sampai menyia-nyiakan apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita.

Saudara-saudara, seperti yang saya katakan, orang yang tidak tahu berterima kasih adalah orang yang mudah sekali melupakan kebaikan seseorang.  Dan hal ini lah yang terlihat dari kesembilan orang kusta tersebut.  Di mana setelah mereka mendapat kesembuhan, tapi mereka melupakan Tuhan yang menyembuhkan penyakit mereka.  Makanya dalam ayat 17 Tuhan Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Lalu dimanakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah diantara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain daripada orang asing ini?
Saudara-saudara, ketika saya membaca bagian ini, saya berpikir, “Mengapa Tuhan masih mau menyembuhkan ke sembilan orang kusta yang tidak tahu berterima kasih itu?  Bukankah di dalam ke mahatahuanNya, Dia tahu betul bahwa dari sepuluh orang kusta itu . . . hanya satu saja yang datang kepada-Nya untuk berterima kasih!!  Lalu kenapa Tuhan Yesus masih mau menyembuhkan mereka?” 
Saudara, Matius 5:45 memberikan jawaban sebab Tuhan Yesus adalah Allah yang maha kasih yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan tidak benar.  Dan pada bagian ini, Ia juga adalah Allah yang mau menyembuhkan orang yang tahu terima kasih dan tidak tahu terima kasih.
Saudara-saudara, kenapa ke sembilan orang kusta itu tidak kembali kepada Tuhan?  Bukankah Tuhan Yesus sudah begitu baik kepada mereka, sehingga mereka dipulihkan dari penyakit mereka.  Lalu mengapa mereka tidak datang untuk mengucap syukur kepada-Nya.  Sebab sejak awal mereka datang kepada Tuhan Yesus hanya untuk mencari kesembuhan dan pemulihan secara sosial semata.  Di mana mereka bisa diterima kembali oleh masyarakat umum.  Tapi tidak demikian dengan orang Samaria itu, walaupun bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang kafir yang tidak mengenal Allah.  Namun orang Samaria yang dianggap kafir inilah yang menyadari bahwa Pribadi yang menyembuhkannya itu bukanlah guru biasa.  Tapi Tuhan Yesus adalah Allah itu sendiri.  Karena itulah, dia datang kepada Tuhan Yesus dan tersungkur dihadapan-Nya sambil mengucap syukur untuk semua kebaikan Tuhan. 
Saudara-saudara, memang kesepuluh orang kusta itu mendapatkan kesembuhan secara fisik.  Tapi hanya orang Samaria itulah yang mendapatkan kehidupan kekal, karena imannya lah dia semakin mengenal siapa Tuhan Yesus dalam hidupnya. 
Saudara-saudara, bukankah banyak orang Kristen saat ini seperti ke sembilan orang kusta tersebut, yang hanya datang kepada Yesus untuk mencari kelimpahan, kesuksesan, keamanan hidup bukan mencari Tuhan itu sendiri.  Makanya tidak heran John Piper mengatakan bahwa banyak orang Kristen yang tidak memuliakan Tuhan karena hidup mereka hanya untuk kesenangan diri.  Mereka menggunakan Tuhan Yesus hanya untuk meraih kekayaan, kemakmuran, dan kenyamanan diri.

Saudara-saudara, saya pernah besuk seorang bapak.  Dulu ia adalah seorang yang rajin datang ke gereja dan melayani Tuhan.  Namun satu hari, ketika usahanya bangkrut dan tidak ada yang tersisa.  Akhirnya dia marah, dan tidak mau lagi pergi ke gereja. Karena ia menganggap bahwa Allah adalah yang kejam.  Berulangkali saya mengajaknya untuk kembali ke gereja, tapi ia mengatakan: “untuk apa saya datang ke gereja . . . untuk apa saya percaya Tuhan Yesus . . . berkali-kali saya berdoa meminta Tuhan memulihkan usaha saya . . . tapi buktinya, sampai hari ini keadaan saya seperti ini.”

Saudara-saudara, memang di tengah permasalahan kehidupan yang kita alami . . . mudah sekali kita menjadi kecewa terhadap Tuhan dan tidak dapat mengucap syukur.  Hal ini terjadi karena kita mudah sekali melupakan kebaikan Tuhan di masa lampau.  Seandainya saja kita selalu mengingat apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita, maka saya percaya di tengah tantangan dan masalah kehidupan yang kita alami . . . kita tidak akan mudah mengeluh dan meninggalkan Tuhan. 
Karena itu saudara-saudara, janganlah kita mudah melupakan kebaikan Tuhan.  Sebab dengan mengingat kebaikan yang Tuhan berikan kepada kita, maka hati kita akan dipenuhi dengan ungkapan syukur, termasuk di saat sulit sekalipun.  Dengan demikian kita menjadi anak-anak Tuhan yang tahu berterima kasih.     

Hari ini, marilah kita mengambil waktu untuk mengingat kembali akan kebaikan Tuhan dalam hidup kita.  Dan marilah kita juga sama-sama berdoa mengucap syukur atas kebaikan yang sudah Tuhan berikan kepada kita.