Entri Populer

Saturday, March 5, 2011

REFLEKSI: ROMA 10:14-15


Pagi-pagi benar, pada hari Minggu (27 Februari 2011), seorang jemaat dari Sorong menghubungi saya untuk memberitahukan bahwa suami dari salah seorang majelis mengalami kecelakaan dan tidak sadarkan diri.  Mendengar hal itu saya langsung berdoa agar tidak ada satu pun yang buruk terjadi.  Satu jam kemudian, saya menghubungi majelis itu dan menanyakan keadaan dari suaminya yang kecelakaan.  Baru saja saya berkata: “Halo,” ibu itu langsung menangis dan berkata bahwa suaminya tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia).  Bak di sambar petir saya mendengarkan berita itu.

Padahal masih teringat sekali bahwa minggu yang lalu (20 Februari 2011), ibu itu menghubungi saya untuk terus mendukungnya di dalam doa agar suaminya dapat kembali beribadah ke gereja.  Dia bergumul sekali akan hal ini, sebab sudah 3 bulan belakangan ini, setiap hari Sabtu malam, suaminya tidak pulang ke rumah.  Tapi ibu ini tidak putus asa mengingatkan agar suaminya datang beribadah melalui SMS.  Suaminya pun mengiyakan, tapi tidak pernah datang ke gereja dan pulang ke rumah.  Padahal, pihak gereja memiliki rencana untuk mengunjungi suaminya pada tanggal 3 Maret 2011.  Saudara-saudara, manusia bisa saja berencana . . . tapi tidak ada yang bisa menghalangi rencana Tuhan.

Pada malam itu, suaminya pergi seperti biasanya . . . tapi dalam perjalanan dirinya mengalami kecelakaan.  Menurut kabar yang tersiar, katanya sih suaminya masih dapat berdiri setelah kecelakaan . . . tapi ada orang yang memukulnya dari belakang dengan benda keras, akhirnya suami ibu ini tidak sadarkan diri yang berujung pada kematian.

Mendengar peristiwa ini, saya kembali disadarkan mengenai “misteri kehidupan.”  Tidak ada seorang pun dalam dunia ini yang tahu kapan dia akan dipanggil Tuhan dan betapa singkatnya hidup ini.  Namun demikian, saya juga kembali diingatkan betapa berbahagianya kita sebagai orang-orang percaya yang memiliki kepastian di dalam Kristus.  Sehingga kapan pun kita dipanggil Tuhan, kita tetap memiliki jaminan keselamatan yang kekal itu. 

Walaupun kita memiliki jaminan kekal itu, hal ini bukan berarti bahwa kita (sebagai orang percaya) menjadi orang-orang egois yang tidak peduli dengan orang lain yang belum percaya kepada Kristus.  Kita dipanggil untuk memberitakan Kristus sehingga “barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan” (Rm. 10:13).  Namun Rasul Paulus mengingatkan dalam Roma 10:14-15,
“bagaimana mereka dapat BERSERU kepada-Nya . . . jika mereka tidak PERCAYA kepada Dia.”
“bagaimana mereka dapat PERCAYA kepada-Nya . . . jika mereka tidak MENDENGAR tentang Dia.”
“bagaimana mereka dapat MENDENGAR tentang Dia . . . jika tidak ada yang MEMBERITAKAN-NYA.”
“bagaimana mereka dapat MEMBERITAKAN-NYA . . . jika mereka tidak DIUTUS.”

Jadi melalui bagian ini, Rasul Paulus ingin mengatakan kepada jemaat Roma bahwa  mereka telah DIUTUS untuk pergi memberitakan Injil.  Jika mereka tidak pergi, maka tidak akan ada yang MEMBERITAKAN, tidak ada yang MENDENGAR Kristus, tidak ada yang PERCAYA kepada-Nya, dan tidak ada yang BERSERU kepada-Nya.  Jika tidak ada yang BERSERU kepada-Nya maka tidak ada yang DISELAMATKAN.

Karena itu saudara-saudaraku, mengingat hidup itu penuh dengan misteri dan tidak ada seorang pun yang tahu kapan akan meninggalkan dunia ini . . . marilah kita menjadi utusan Allah yang setia yang mau PERGI untuk memberitakan Injil di mana pun kita berada, sehingga banyak orang yang berseru kepada nama Tuhan, dan diselamatkan.  Amin.

No comments:

Post a Comment